Pertama aku berpikir jadi mahasiswa adalah hal yang sangat menyenangkan dan membanggakan. Jadi, sebelum lulus dari bangku sekolah menengah atas kutlah berniat untuk dapat melanjutkan sekolahku, walaupun aku tak tahu apa-apa tapi di pikiranku saat itu hanyalah yang penting dapat menyandang gelar sebagai mahasiswa.
Sekarang tibalah pengumuman hasil belajar.
Dengan perasaan yang
tak menentu menunggu wali kelas datang mengantarkan amplopku sambil menghabiskan segelas kopi serta beberapa batang rokok, dan akhirnya amplopku datang juga. Dengan deg-degan aku langsung membukanya, dan alhamdulillah tulisan didalamnya adalah LULUS.
Dengan senang hati sambil membasuh keringat diwajahku akupun bermohon pada ibuku untuk bisa lanjut setelah ini. Dan jawab ibuku, "Tanya ayahmu sana".
Akupun menuju ayahku. Tapi langkahku terhenti setelah aku melihat ayahku yang penuh keringat karna sehabis menjemur coklat. Akupun bertanya pada diri sendiri, "Apa aku tega meninggalkan orang tuaku dan membiarkan mereka susah hanya karna ambisiku yang ingin jadi mahasiswa?".
Saat itu aku berbalik dan pergi menuju kekamarku. Dengan duduk disudut kamar sambil memasang rokok akupun berpikir banyak tentang hal tadi. Tidak lama kemudian ibuku masuk kekamarku dan menanyakan, "upik, kamu benar-benar mau kuliah? Kalau kamu memang mau kuliah, sana bicara dengan ayahmu."
Akupun langsung membunuh rokokku dan pergi menuju ke ayahku yang sedang duduk dibawah teduhan pohon matoa. Tanpa menunggu apa-apa lagi akupun beranikan diri bukasuara. "pa, upik ingin lanjutkan pendidikan di universitas.", dan dengan senyuman yang entah aku tak mengerti apakah itu senyuman bahagia atau senyum karna sedih ayahkupun langsung menjawab "kata itu yang ayah tunggu-tunggu keluar dari mulutmu nak".
Ayahkupun berdiri dan menggandeng bahuku serta mengajakku duduk, kemudian dengan lembut ayahku menyapu-nyapu kepalaku sambil berkata, "pik, kalau mau kuliah yang baik-baik, dan biarpun kamu akan lama di kampung orang yang penting nantinya kamu tidak akan diremehkan oleh orang lain. Seperti mereka meremehkan ayah, dan biarpun ayah dan ibumu disni susah, tapi kami akan berusaha untuk kebahagiaanmu".
Sekarang tibalah saat dimana aku akan meninggalkan orang tuaku untuk yang pertama kalinya. Waktu itu ayah dan ibuku hanya mengeluarkan senyuman dan hanya berkata, "hati-hati dijalan pik, dan jaga kesehatanmu jika sudah sampai disana".
Setelah tiba di gorontalo (tempat dimana aku akan melanjutkan pendidikan) aku langsung menuju ke tempat pendaftaran. Setelah selesai mendaftar akupun balik ke kampung halamanku untuk menunggu hasil pengumuman.
Sebulan kemudian tibalah pengumuman kelulusan, dan akhirnya akupun lulus di teknik informatika.
Dengan hati yang senang bercampur ragu untuk meninggalkan orang rumah yang entah kapan aku akan dapat melihat mereka lagi akupun memberi tahukan kabar ini pada orang tuaku. Merekapun memberiku banyak nasehat yang mungkin hanya aku, mereka dan tuhan yang tahu.
Kini tibalah saatnya aku akan pergi meninggalkan kampung halamanku yang aku tak tahu kapan aku dapat kembali lagi.
Setelah hidup di kampung orang dengan berdiri sendiri, akupun mulai sadar bahwa gelar bukanlah apa-apa, tapi sebuah keinginan dan tujuan yang tulus dari diriku sendirilah yang dapat membuat aku mengerti mengapa aku ada disini dan mengapa aku harus rela jauh dari orang tuaku hanya untuk kuliah.
Dengan kesunyian dan kesepian yang menemaniku pada malam ini, akupun menarik nafas panjang dan memejamkan mataku sambil membayangkan wajah orang tuaku, aku sadar dan langsung membuat suatu keputusan. "Bahwa aku disini bukan untuk orang tua atau untuk orang lain, tapi untuk diriku sendiri".
Tapi entah mengapa, kesunyian pada malam ini serta angin sepoi-sepoi yang meniupku begitu mendalam yang sedang duduk di teras kost ini, keteguhankupun langsung mengurang. Dan keputusan yang baru saja kubuat tadi lenyap dan pikiranku yang tadi fokus pada keputusan itu telah berubah menjadi sebuah hayalanku pada orang tua.
Akupun menarik nafas panjang kembali dan meletakkan hanphone sambil membaringkan badan yang kepala dialasi kedua telapak tangan, ku pejamkan mata, kesunyianpun makin kuat aku rasakan, dan di alusinasiku hanya ada kedua orang tuaku. Aku langsung berdiri dan mengambil hanphoneku, dan pergi menuju keramaian didepan kost ini. Sejenakpun hayalan pada orang tuaku hilang dengan adanya canda tawa. Tapi entah mengapa lagi-lagi walaupun aku sedang dalam keramain dan sedang bercanda tawa, akupun teringat kembali orang tuaku dan merasakan bahwa canda tawa mereka juga ada disitu.. Huuffftt, (Sambil berbalik pergi kembali ke teras kost serta mengambil handphone di saku.).
Kini aku benar-benar SADAR, bahwa dimanapun aku berada dan setiap yang aku lakukan, itu juga yang akan dirasakan oleh orang tuaku..
Dan dengan tulisan di blog ini aku akan memendam niat yang kuat dan dengan tulisan di blog ini aku akan memulai sebuah tujuanku dan belajar untuk berdiri sendiri, walau masih dikirimi uang, tapi aku berjanji suatu saat nanti aku yang akan mengirimi mereka uang.
And I promise you, god willing, my success later on also for their happiness.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment